Selasa, 08 September 2009

Ini Nyata

Selasa, 2 September 2009. Mungkin inilah hari yang takkan pernah dilupakan oleh smua orang di Indonesia, khususnya sekitar pulau Jawa dan Bali. Bagaimana tidak, gempa dengan kekuatan dahsyat melanda pulau yang paling padat penduduknya ini. Gempa dengan kekuatan 7,3 SR dapat menghancurkan semua yang ada di bumi ini.
Bagi saya, mungkin inilah yang pertama kali saya alami. Biasanya saya tidak pernah merasakan gempa (lini kalo kata bahasa sunda mah) walaupun terjadi cukup lama. Namun pada hari itu, saya merasakan perasaan yang tidak pernah saya rasakan.
Awalnya setelah pulang sekolah, seperti biasa saya Shalat Dzuhur di mesjid dekat rumah. Setelah itu tadarus Al-Qur’an, dan hanya beberapa 20 menit saya mengaji, lalu mengambil Mp3 untuk mendengarkan musik(bapak saya sedang tadarus di kamar). Tidak beberapa lama , saya tertidur. Tidak beberapa lama juga saya terdengar suara bapak saya membangunkan. “Nan, bangun-bangun. Gede ini!” Tersentak saya langsung bangun. Namun masih bingung apa yang terjadi. Setelah beberapa lama saya baru sadar bahwa telah terjadi gempa yang dahsyat. Saya berlari keluar bersama bapak saya. Sama seperti para tetangga saya. Semua Mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahlil, dan sebagainya. Mereka berhamburan keluar, merasakan ketakutan yang terperih.
Namun saya hanya merenung, didalam pikiran saya teringat sebuah surat dalam Al-Qur’an (Az-Zalzalah dan Al-Qari’ah) yang berbunyi sama seperti apa yang saya alami ini.
Q.S Az-Zalzalah. 1-2 : “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan(yang dahsyat)(1) , dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya)
Q.S Al-Qari’ah. 3 : “ Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertaburan.”
Terbersit dalam pikiran saya, beginilah kondisi kepanikan orang-orang ketika kiamat terjadi. Saya menjadi takut mendengar kalimat takbir dan tahlil dikumandangkan. Namun saya tetap diam, diam tanpa kata. Di dalam hati ini saya bertanya, “apakah ini kiamat kubra?” Tapi saya langsung berargumen lewat hati saya,” “Apakah saya termasuk pada golongan orang-orang yang paling hancur?” “Tapi disini masih ada ulama, kiyai, ustad, para santri. Tapi apakah Allah SWT berkehendak seperti itu?” Namun tak lama kemudian, gempa berhenti. Bekas-bekas gempa pun terlihat jelas disekitar rumah saya. Mesjidpun mengalami keretakan di beberapa tempat. Saya mengucapkan turut berbela sungkawa terhadap mereka yang wafat karena gempa ini. Semoga amal ibadah mereka di terima di sis Allah SWT.
Sekian dulu, mungkin nanti saya akan menjelaskan tentanh hari kiamat. Semoga saya dan kalian semua tidak termasuk orang-orang yang merasakan kedahsyatannya kiamat.
Aamiin…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar